1.
Keterangan
Novel
Novel yang saya analisis adalah novel
angkatan Balai Pustaka yang berjudul Azab dan Sengsara. Ialah salah satu novel
karangan Merari Siregar (1896-1940).
Novel ini di terbitkan oleh Balai Pustaka pada tahun 1927.
2.
Sinopsis
Novel
Suatu senja di pinggiran
sungai yang terletak di tengah-tengah kota Sipirok, duduk seorang remaja yang
menunggu kekasihnya datang. Remaja itu bernama Mariamin, ia sering di panggil
Riam. Kemudian Aminu’ddin sang kekasih hatinya datang, tapi Riam sangat sedih
sebab kekasihnya itu datang untuk berpamitan karena ia akan segera pergi ke
Medan untuk mencari pekerjaan agar ia bisa menikahi kekasihnya itu.
Aminu’ddin adalah anak
kepala kampung A. Ayah Aminu’ddin merupakan kepala kamupung yang terkenal
Sipirok, hartanya banyak. Harta itu berasal dari peninggalan orangtua ayah
Aminu’ddin, karena ia rajin bekerja, maka hartanya jadi banyak. Ayah Aminu’ddin
memiliki budi perkerti yang baik. Dan sifat baiknya itu menuruk kepada anaknya
yaitu Aminu’ddin yang memiliki sifat yang baik, cerdas dan rajin
Setelah Aminu’ddin
pulang, Riam masuk ke rumah dan menemui ibunya yang sedang sakit. Aminu’ddin
dihadapan ibunya. Setelah selesai memberi makan sekaligus menyuapi sang ibu,
Riam pergi kekamarnya untuk tidur. Setelah anaknya itu pergi si ibu belum
tidur, ia memikirkan masa lalunya. Dulu mereka dikatakan masuk ke golongan
orang kaya dan ternama di Sipirok.
Ayah Mariamin yaitu
Sutan Baringin merupakan seorang yang kaya dan bergelar bangsawan. Akan tetapi
karena Sutan Baringin memiliki sifat yang tamak, pemalas, angkuh, pemarah dan
bengis membuat ia istri dan anak-anaknya jatuh miskin. Berulang-ulang kali sang
istri melarang suaminya itu untuk berhenti berjudi dan membuat masalah. Tapi
sang suami tidak pernah mau mendengarkan istrinya itu, ia lebih mendengarkan
perkataan pokrol bambu bernama Marah Sait. Tetapi sang istri tetap sabar dan
setia manghadapi suaminya itu.
Aminu’ddin dan Mariamin
akrab sejak kecil, mereka juga memiliki hubungan darah karena ibu Aminu’ddin adalah
saudara dari ayah Mariamin. Dan Mariamin juga memiliki hutang budi kepada
Aminu’ddin karena Aminu’ddin pernah menyelamatka nyawanya saat ia hanyut terbawa arus sungai saat air sunggai meluap
ketika hujan deras.
Saat Sutan Baringin mengijak
dewasa, ia dinikahkan oelh ibunya ddengan gadis bernama Nuria yaitu ibu
Mariamin. Suatu hari Sutan Baringin mendapat surat dari Deli yang isinya bahwa
salah seorang saudaranya akan datang ke kampung halamannya untuk pindah dan
meminta separuh dari harta warisannya. Saudara Sutan Baringin itu bernama
Baginda Muliam. Mereka adalah saudara sekakek, kakek Sutan Baringin memiliki
dua istri, istri mudanya adalah nenek dari Baginda Mulia dan istri pertama
adalah nenek dari Sutan Baringin. Sutan Baringin yang memiliki sifat dengki,
tamak, angkuh itu tidak rela jika hartanya itu di bahgi kepada orang lain. Ia
pun mengajukan kasus itu ke pengadilan, dan ia selalu kalah dalam tiap
persidangan. Karena ia tidak puas, ia melakukan banding. Dan ia pun menggunakan
saksi-saksi palsu, tapi tetap saja kalah. Lama kelamaan harta bendanya habis
hanya untuk membiayai persidangan. Kasus itu pun berlangsung hingga lima tahun
lebih.
Setelah jatuh miskin,
ia hanya tinggal di gubuk kecil di pinggir sungai. Sutan Baringin jatuh sakit.
Ia hanya dapat terbaring lemah tak berdaya, sampai akhirnya ia meninggal.
Sepeninggal Sutan Baringin, ibu Mariamin harus mencari nafkah untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari, Mariamin pun ikut membantu ibunya mencari nafkah.
Setelah
tiga bulan Aminu’ddin ada di Medan, ia mengirim surat pada Mariamin. Ia
memberitahukan kepada Mariamin bahwa ia
telah memiliki pekerjaan, dan Mariamin pun membalas surat dari Aminu’ddin itu.
Mariamin sangat bahagia, karena isi surat dari Aminu’ddin adalah meminta
Mariamin menjadi istinya dan ia juga
sudah mengirim surat kepada orang tuanya untuk membritahukan hal itu. Tapi ayah
Aminu’ddin tidak menyetujui permintaan putranya, walaupun istrinya telah
membujuknya, ia tetap pada pendiriaannya. Mariamin mempersiapkan jamuan untuk menjamu orang tua Aminu’ddin.
Tapi orang tua Aminu’ddin tak kunjung datang,
yang datang adalah surat
permintaan maaf yang dikirim oleh
Aminu’ddin. Isinya ia
memberitahukan bahwa kedua orang tuanya berada di Medan dengan membawa gadis
lain sebagai calon istrinya. Ia tidak bisa menolak permintaan orang tuanya dan
ia tidak ingin mempermalukan kedua orangtuannya dan ia juga tidak ingin durhaka
kepada kedua orang tuanya.
Mariamin
adalah gadis yang solehah, ia menerima
permintaan maaf Aminu’ddin dan ia menerima semua ini sebagai nasibnya. Setelah
sekitar dua tahun Mariamin pun menikah dengan orang yang belum dikenalnya, laki-laki itu bernama
Kasibun. Usianya agak tua, tidak tampan dan ia pintar dalam hal tipu daya,
selin itu ia juga mengidap penyakit mematikan yang mudah menular pada
pasangannya. Aminu’ddin mengunjungi
Mariamin di rumah suaminya ketika suaminya sedang bekerja. Kasibun sangat marah setelah dia mengetahui kedatangan Aminu’ddin, apalagi ketika Mariamin menolak
berhubungan suami istri. Kasibun tidak segan-segan menamparnya, memukulnya dan
penyiksaan lainnya. Akhirnya karena Mariamin tidak tahan lagi dengan perbuatan
suaminya itu, dilaporkannyalah suaminya kepada polisi. Sampai akhirnya mereka bercerai, Mariamin terpaksa pulang ke kampung
halamannya dengan membawa nama yang kurang baik, membawa malu, menambah azab
dan sengsara di hidupnya di rumah kecil yang
terletak di pinggir sungai Sipirok.
Akhirnya Mariamin pun meninggal dengan meninggalkan azab dan sengsaranya
di bumi.
3.
Unsur
Interinsik Novel
a.
Tema
Tema dari novel Azab dan Sengsara karya
Merari Siregar adalah lebih banyak mengarah kepada adat dan kebiasaan yang
kurang baik yang terjadi di tengah-tengah masyarakat Sumatra Utara.
b.
Alur
Alur yang terdapat dalam novel Azab dan
Sengsara karya Merari Siregar adalah alur campuran. Pertama pengenalan tokoh di
waktu senja, sewaktu Amiu’ddin berpamitan kepada Mariamin hendak pergi ke Medan
untuk mencari kerja. Lalu menceritakan saat Mariamin dan Aminu’ddin masih kecil
dan juga menceritakan tentang orang tua mereka berdua sejak menikah. Kemudian
kembali menceritakan Aminu’ddin dan telah mendapat pekerjaan. Setelah itu menceritakan
Aminu’ddin yang menikah dengan gadis pilihan ayahnya, setelah hampir dua tahun
Mariamin pun menikah dengan soreng laki-laki yang tidak dikenalnya. Kemudian
Marimin pun bercerai dengan laki-laki itu dan ia kembali ke kampung halamannya,
sampai akhirnya ia meniggal.
c.
Penokohan
Mariamin : Baik hati, rajin,
penyabar, dan pemaaf
Aminu’ddin : Baik hati, rajin,
pandai, dan anak yang berbakti
Sutan
Baringin : Pemarah,
pemalas, tamak, angkuh dan bengis
Nuria
(ibu Mariamin) : Penyabar, setia,
sederhana
Ibu
Aminu’ddin : Baik hati,
taat dan setia kepada suami
Baginda
Diatas (ayah Aminu’ddin) :
Rajin, Bijaksana
Kasibun : Bengis, jahat,
pintar menipu
Marah
Sait : Jahat dan
penghasut
d.
Latar
1). Tempat
a).
Di gubuk di tepi sungai Sipirok
b).
Di gubuk di tengah sawah
c).
Sungai di Sipirok
d).
Rumah besar miliki Mariamin
e).
Rumah Kasibun di Medan
f).
Kampung A yang kepala desanya adalah Aminu’ddin
g).
Kubur Mariamin
2). Waktu
a).
Senja
b).
Malam hari
c).
Pagi hari
d).
Siang hari
3). Suasana
a).
Sedih
b).
Senang
c).
Tegang
d).
Mengharukan
e.
Sudut
Pandang
Sudut
pandang yang digunakan dalam novel Azab dan Sengsara karangan Merari Siregar
adalah sudut pandang orang ketiga
f.
Amanat
Dalam
kehidupan suami istri seharusnya keadaan di tanggung bersama, susah bersama dan
senang pun bersama.
4.
Nilai-Nilai
Dalam Novel
a. Nilai Sosial
Nilai
sosial dalam novel ini yaitu sikap saling tolong menolong yang dilakukan Aminu’ddin
kepada Mariamin
b. Nilai Budaya
Nilai
budaya yang terdapat dalam novel ini adalah budaya dimana orang yang telah
dianggap dewasa harus segera dikawinkan. Dan mereka biasanya menjodohkan anak
mereka.
c. Nilai Kepercayaan
Nilai kepercayaan dalam novel ini yaitu
saat ayah Aminu’ddin mengajak istrinya pergi ke pada peramal/dukun untuk
melihat kehidupan Aminu’ddin dan Mariamin jika mereka menikah.
d. Nilai Religius
Nilai religius dari novel ini adalah
saat ibu Mariamin, Mariamin melaksanakan ibadah.
e. Nilai Moral
Nilai moral dalam novel ini yaitu sikap Mariamin dan ibunya yang sabar dan tabah dalam
menghadapi cobaan hidup.
5.
Keterkaitan
Novel Dengan Kehidupan Saat Ini
Keterkaitan novel Azab dan Sengsara karya Merari Siregar dengan
kehidupan saat ini yaitu kehidupan Mariamin masih ada yang terjadi di di masa
sekarang ini. Sikap ayah Aminu’ddin yang tidak menyetujui anaknya menikah dengan Mariamin masih banyak
terjadi di masa sekarang ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar